
�Tim SAR paduan temukan lagi empat korban dalam keadaan wafat dunia. Tiga orang diketemukan di Desa Donorati serta satu orang diketemukan di Desa Caok, � ungkap Juru Bicara Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho dalam siaran persnya, Senin (20/06).
Ke-2 desa itu ada di kabupaten Purworejo, sebagai kabupaten dengan jumlah korban tewas paling banyak, yakni 31 orang.
Sutopo mengungkap banjir serta longsor pada Sabtu serta Minggu (18-19/06) itu pernah bikin timnya kewalahan untuk meraih tempat longsor, lantaran 'jalan rusak, keadaan tanah labil, ' serta potensi longsor susulan 'masih tinggi bila hujan dibagian hulu'.
Tetapi, jalan rusak itu telah bisa diperbaiki serta dilewati pada Senin 20 Juni pagi, hingga tiga alat berat bisa meraih tempat serta dipakai untuk mencari korban.
Sekarang ini Tim SAR mengerahkan lebih 500 anggotanya untuk mencari 15 korban hilang yang semua ada di kabupaten Purworejo. Beberapa korban terbagi dalam enam orang di desa Donorati, delapan di desa Caok, dan satu orang di desa Jelok.
Operasi SAR diputuskan sampai satu minggu ke depan.
'Rata seperti lapangan�
Salah seseorang korban longsor yang selamat yaitu Yatinem dari desa Jelok.
Yatinem menyampaikan pada Sabtu malam dia serta keluarganya tengah ada dirumah waktu hujan lebat serta mendengar nada menderu 'seperti pesawat', seperti dilaporkan Akhmad Mukti Ali, seseorang wartawan di Purworejo,.
Wanita berumur 45 tah
�Tiba-tiba tanah berjatuhan, menerpa tempat tinggal. Saya bingung ingin pergi ke mana. Ke belakang, pintu saya buka, tembok telah roboh. Ingin ke depan, pintu telah
ambruk. Di depan telah ada tumpukan tanah, � katanya lirih.
Yatinem dan anaknya juga pada akhirnya keluar melalui jendela. Mereka lari menjauh serta selamat.
Tetapi suami Yatinem gagal menyelamatkan diri lantaran jatuh didalam tempat tinggal serta tertimbun tanah. Sang suami diketemukan tewas.
�Sekarang tempat tinggal telah agak rata, seperti lapangan, � kata Yatinem yang saat ini mengungsi di balai desa Jelok, berbarengan 209 orang yang lain sesudah 19 rumah 'hancur total' di desa itu.
Kepala BNPB, Willem Rampangilei, menyebutkan tempat longsor di Purworejo yaitu daerah riskan. Dia mengungkap butuh usaha pengaturan ruangan yang berbasiskan peta riskan longsor hingga pemukiman tak bisa dibagun �sembarangan�.
Walau pertolongan makan disebutnya cukup di pengungsian, Yatinem mengakui sampai sekarang ini dia masihlah tidak paham bakal tinggal dimana nanti.
�Kemarau basah�
Selain itu Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, BMKG, membuka 'hujan saat musim kemarau' yang menempa bermacam tempat di Indonesia berjalan karena efek La Nina, yaitu fenomena mendinginnya suhu permukaan laut di Samudera Pasifik segi timur.
�Efeknya global, bukan hanya di Indonesia, � tutur A. Fachri Radjab, Kepala Sisi Service Informasi Cuaca BMKG, pada BBC Indonesia, Senin (20/06).
BMKG menyebutkan kondisi ini akan buat Indonesia alami 'musim kemarau basah' -hujan yang masih tetap turun saat musim kering� setahun ke depan dengan curah hujan yang ada pada level 15% di atas normal.
amun, Fachri membuka curah hujan cukup tinggi dalam demikian hari terakhir bukan hanya karena efek La Nina, tetapi juga ditambah aliran udara basah dari Samudera Hindia ke Samudera Pasifik.
�Ini sebenarnya selalu berjalan, masing-masing bln., tetapi karena La Nina, jadi lebih intens (hujannya). �
Fachri mengatakan hujan mudah hingga tengah masih tetap akan di rasa di lokasi-lokasi di tanah air dalam 1 minggu ke depan, terutama di Aceh, Sumatera Barat, Bengkulu, semuanya propinsi di Pulau Sulawesi, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Maluku.
http://www.7kabarterkini.com/2016/06/mari-kita-doakan-buat-korban-longsor.html
Baca Juga : Cara Membuat Aplikasi Kamera Smartphone Tembus Pandang

Posting Komentar